Sabtu, 22 Desember 2018

Sweet Memory LT 3

Halo semuanya! Beringin balik lagi nih! Setelah 2 bulan blog ini padam, kayak hatiku ke kamu, eh. Akhirnya kami kembali lagi!

Teman-teman, kami belum cerita tentang memori LT 3 kemarin ya? Banyak sekali memori seru yang terjadi kemarin. Ada yang sedih, senang, maupun menangis haru. Baiklah, karena tangan saya sudah gatal ingin menulis, kita mulai saja!

HARI PERTAMA
Jumat, 26 Oktober 2018

Sebelumnya kami semua, Garuda dan Beringin telah berada di sekolah terlebih dahulu. Semua anggota Beringin mengalami detak jantung yang uwu sekali. Antara tidak sabar ingin menuju tapak kemah LT 3 dan mencucurkan keringat di sana. Kami berdelapan segera mandi di sekolah dan bergegas berangkat pada pukul 07.00 ke tapak kemah Ambarbinangun. 

Perjalanan yang harusnya 30 menit, berubah menjadi cepat seiring berjalannya mobil yang kami tumpangi. Dewi, selaku pinru saat itu, segera mempimpin doa. Berharap agar hari pertama berjalan dengan lancar tanpa kekurangan suatu apapun juga. Lalu agar kami tidak kelupaan barang, Dewi membacakan list benda yang harus di bawa. Syukurlah, tidak ada apapun yang ketinggalan.

Akhirnya setelah perjalanan yang penuh dag dig dug serr, kami tiba di Ambarbinangun bersama dengan Garuda. Segera, Dewi dan Arya menyiapkan barisan kami serapi mungkin. Kalau boleh jujur, kami awalnya takut dan gengsi saat sudah banyak anggota LT yang lain sudah rakit maupun terap dengan TKK yang melimpah. Tapi, kami selalu percaya, ramu sudah cukup asal ada usaha dan doa yang mendampingi. Garuda Beringin beriringan masuk ke tempat pendaftaran, bersama dengan SMP yang lainnya.

Setelah itu, kami melewati cek perkap dan kembali ke area kemah lagi. Ada cukup kendala saat cek perkap, alhamdulillah semuanya berjalan dengan baik.

Lomba dilanjutkan dengan membuat tenda dengan waktu 1 jam. Tenda kami awalnya berdiri tidak maksimal, namun don't worry, we will fix it again. Jika saya yang menulis thread ini boleh berkata, saya kagum melihat tenda milik SMPN 8, selain kokoh juga teratur membuatnya. Tapi kami tetap yakin kalau tenda kami tetap yang terbaik. 

Adzan berkumandang, saatnya kami beristirahat dan berdoa agar diberikan kemudahan di lomba selanjutnya.

Setelah membangun tenda yang cukup melelahkan, lomba kedua berlanjut. Kali ini, lomba berlanjut secara pararel. Pionering, PUPK, dan Petlap. Lomba yang uwaw sekali menurut kami. Kami awalnya takut dan ciut setelah melihat performa regu lain yang High Level diatas kami. Namun, berbekal keberanian ala Gaber, kami nekat mempersembahkan hasil yang terbaik.

Lomba berakhir pada pukul 2 siang. Dilanjutkan dengan lomba pararel berikutnya. Yaitu KIM, Pidato, Hasta Karya dan membuat Jamu. Tidak lupa, disetiap lomba kami selalu berdoa untuk memulainya. Hasta karya kami membuat piring dari mulut gelas Teh Eco. Lomba berlangsung selama 1 jam. Semuanya berjalan dengan baik. Puji Tuhan. 

Lalu kegiatan dilanjutkan dengan Ishoma sekitar setengah jam. Lalu disambung dengan upacara pembukaan yang diakhiri dengan Ishoma juga.

Pukul setengah delapan malam. Lomba dilanjutkan dengan Teknologi Informasi dan Menyanyi. Kami menyanyi lagu Indonesia raya 3 stanza dan mars gerakan pramuka. Sayang, saat menyanyi Atika batuk, so sad, sehingga kurang maksimal ketika menyanyi. Sementara TI dilaksanakan dengan membuat blog ini. 

Malam menjelang dan kami sudah sangat mengantuk. Tenda mulai dibereskan dan kami tidur. Sebelumnya kami berdoa terlebih dahulu. Malam teman-teman.

HARI KEDUA
Sabtu, 27 Oktober 2018

Pagi semuanya! Kami bangun lalu dilanjutkan dengan shalat Tahajud. Sementara Runa dan Lulu berdoa bersama di dalam tenda. Tak lupa kami mencuci muka dan tidak mandi demi gerakan menghemat air, hehe. 

Kami kemudian memasak nasi untuk dimakan, namun porsinya terlalu sedikit. Runa menyesal memasak terlalu sedikit, huee. Akhirnya kami terpaksa makan daripada perut kami kosong.

Dari lapangan sudah terdengar suara musik senam pramuka yang disetel oleh Kak Amin, pembina SMPN 8. Kami semua bergegas mengganti baju olahraga sekolah dan memakai sepatu. Lalu menuju ke lapangan. Namun, hal lucu terjadi. Kami melihat anggota Garuda memakai baju Gaber dan bukan baju olahraga, Kak Memed juga memberi kode ke antara kami berdua agar berganti baju. Merasa kami yang disuruh, maka kami semua segera kembali ke tenda dan berganti baju Gaber. Melihat kami, Kak Memed menepuk jidat. Aduhhh.

BIsa menebak apa jawabannya? Ternyata yang diminta berganti baju adalah regu Garuda. Yah, namanya juga cowok, nggak peka membaca kode, ups. 

Lupakan momen diatas. Kami akhirnya menunggu hingga giliran kami. Nadia terlihat pucat saat senam dan membuat Garuda berpikiran bahwa Nadia akan pingsan. Auli dan Rifqi berjaga-jaga seandainya hal itu terjadi. Untungnya enggak, ehehe.

Senam pramuka sudah selesai, dilanjutkan dengan apel pagi menggunakan seragam pramuka. Kami sempat mengeluh, kenapa kami harus berganti baju 2 kali. Antara malas dan mager untuk mengganti baju, maka kami memakai baju double saja. 

Terus, mau tau sesuatu nggak? Kami benar-benar takut pagi itu. Kak Memed menghilang secara tiba-tiba. Tak tau entah ke mana. Kata kakak DP angkatan sebelumnya, "Kalau sewaktu pembagian wimple nggak ada kak memed, berarti kalian nggak dapet wimple satupun." Dan kami percaya kata-kata itu. 

Jantung kami menari tidak karuan, deg-degan kalau misalnya beneran tidak dapat. 

Tapi ternyata dugaan kami salah. Beringin mendapat 4 wimple, lumayan daripada tidak dapat. Semua anggota Beringin tersenyum lagi. Bahagia dan semangat muncul kembali. Kami bertekad akan mendapatkan wimple lebih banyak lagi. Apel selesai dan akan dilanjutkan dengan penjelajahan selanjutnya. 

Setelah dibubarkan, kami segera menuju ke tenda dan berganti baju gaber. Serta tak lupa menyiapkan segala macam barang untuk penjelajahan. 

Pukul 8 pagi, penjelajahan diawali dengan semaphore dengan aspek mengirim-menerima. Semaphore selesai, maka kami melanjutkan dengan peta pita sembari berjalan. Jalan yang kita lalui panjang, sepanjang kenanganmu dengan dia, eh. Berbelok juga berliku. Melewati tanjakan dan tikungan. Sampai akhirnya kita selesai di pos Peta Wilayah. 

Peta wilayah berjalan dengan baik dan lancar sekali. Seperti mimpi. Karena selama latihan, kami tak pernah berhasil membuat peta wilayah. Tak lupa kami bersyukur pada Tuhan karena sudah diberi kemudahan di pos ini.

Selesai dari pos peta wilayah, kami berjalan lagi. Terus berjalan, terus berjalan. Sampai akhirnya mencapai pos sketsa panorama dan sandi. Di pos ini, tiba-tiba hujan gerimis turun ke bawah. Runa dan Sarah yang sedang mengerjakan sketsa panorama panik, segera menggambil ponco.  Di pos sketpan inilah, kami menemukan sandi yang tidak ada jawabannya. Akhirnya dengan nekat, kami menjawab asal dengan petunjuk yang ada, hahaha. 

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Panas terik menusuk kepala. Sarah yang menahan buang air kecil dari tadi tidak kuat menahannya. Kami dengan modal nekat dan urat malu putus segera menuju rumah salah satu penduduk dan menumpang buang air kecil di sana. Bodo amat malu, yang penting kami tidak kena batu ginjal. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan lagi.

Akhirnya setelah berjalan lama, kami masuk ke pos memasak darurat. Kami diminta memasak sayur lodeh. Sebelum itu kami sholat terlebih dahulu. Setelah selesai sholat, kami segera menggelar ponco dan mulai memasak. Berseberangan dengan Garuda mempermudah segalanya, kami bisa pinjam apapun dan minta sesuatu yang kurang. Setelah satu jam berlalu, kami segera menilaikannya ke juri dan makan secepat mungkin.

Selesai makan, panitia LT memanggil peserta untuk segera melaksanakan morse. Shely dan Lulu segera menuju ke area morse. Peluit dibunyikan, Lulu dan Shely mulai mencatat jawabannya. Peluit selesai dibunyikan, Lulu lari menuju pantia untuk dikumpulkan. Selesai sudah pos kali ini.

Kami segera menuju pos berikutnya dengan perut kenyang, atau mungkin kembung. Kaki kami melangkah, kemudian masuk ke pos berikutnya. Pos menaksir. Di pos inilah, Runa dan Novi selo karena tidak memegang spesialisasi menaksir. Namun Novi terlihat kurang sehat dan sedih. Nadia menghibur Novi bahwa kita akan segera sampai. Waktu di pos menaksir dilalui dengan cepat, karena mudah. Setelah selesai, kami melanjutkan kembali langkah kami.

Pukul 5 sore, menjelang senja. Kami sampai di pos P3K. Kami menjalani kegiatan di pos ini dengan nuansa gelap. Kami lupa membawa senter pastinya. Dengan modal berani, kami segera melaksanakan perintah kakak saka yang bertugas. Kami selesai pada pukul 6 lebih. Capek sekali hari ini, namun masih ada satu lomba lagi sebelum kami menutup hari.

Langkah kami, menuntun kaki ke tapak kemah. Tepar dan capek. Namun, adzan kembali berkumandang, kami harus segera sholat. Runa dan Lulu tidur di dekat tenda, mecari ketenangan, padahal ya cuma tidur. Selesai sholat, kami semua berganti pakaian ke pakaian pensi bernuasa kemeja dan celana kain. Tidak lupa memakai peci dan lainnya.

Kami mendapat urutan ke 2 terakhir, malam semakin larut. Lulu, Atika dan Novi tidur. Sisanya bercakap dengan anggota regu yang lainnya, mencari teman baru. Setelah beberapa pensi di depan, kami akhirnya tampil. Biola shely memukau semuanya, termasuk Kak Dwi yang menguping di balik pintu. Pensi ditutup dengan Dewi yang salah mengumandangkan Sumpah Pemuda. Tapi tetap saja kami senang dengan pensi menakjubkan ini.

Malam ditutup dengan tidur di tenda masing-masing. Tak lupa berdoa terlebih dahulu. Malam teman-teman!

HARI KETIGA
Minggu, 28 Oktober 2018

Hari terakhir, tentu saja diawali dengan sholat tahajud. Juga Lulu dan Runa yang berdoa di dalam tenda. Ini hari terakhir lomba. Kami sudah lelah tapi entah kenapa kami harus juara. 

Lomba pertama yaitu memasak nasi kucing. Sarah, Lulu, Nadia, dan Runa yang bertugas memasak untuk lomba. Jujur saja, sambal yang mereka buat sangat pedas, sampai perut kami menari minta air. Tapi nggak ada yang mau mengaku kalau kepedasan. Setelah makan, dilanjutkan dengan apel pagi menggunakan seragam pramuka.

Di apel kali ini, kami mendapat 5 wimple. Kami bahagia, walaupun SMP lain banyak yang menyusul. 

Lomba dilanjutkan dengan lomba PBB, pengibaran bendera dan panahan yang dilakukan secara pararel. Pengibaran bendera dilakukan oleh Novi, Lulu, dan Sarah. Panahan diwakilkan oleh Dewi. Semuanya terlaksana dengan baik, sambil berharap kita mendapat hasil yang diinginkan.

Jam menunjukkan pukul 12 siang. Bongkar tenda sudah diperbolehkan oleh panitia. Kami melakukannya dengan cepat, karena memang tenda kami sudah bersih dan mudah dibereskan. Bongkar tenda tak lebih selama 20 menit. 

Kami menunggu hasil dengan was-was. Sementara teman-teman kami sudah menunggu kami dari luar pagar besi ambarbinangun. Berharap kami membawa pulang juara 1. Kami berdelapan menunggu di bawah pohon beringin, menangis meminta yang terbaik dari Tuhan.

Akhirnya, upacara penutupan pun berlangsung. Kami menunggu pengumuman juara dengan hati berdegup kencanggg. Kami awalnya sudah putus asa, karena kami hanya mendapat 2 wimple di lomba terakhir. Dan itu sama sekali bukan emas. Kami menangis, menangis dalam diam di barisan. Hingga akhirnya pengumuman juara tiba.

Kami menutup mata, berharap Tuhan memberikan yang terbaik. Puji Tuhan, Kami akhirnya mendapatkan juara satu. Kami tersenyum bangga menerima piala. Upacara kemudian dibubarkan, kami berteriak "Gaber" sekencang kencangnya tanda bahagia. Kemudian teman-teman kami, kakak DP, dan alumni DP segera memeluk kami. Mengucapkan selamat. Ditutup dengan kami yang menangis bahagia.

Memang, cerita ini panjang. Tapi kelak cerita ini akan dikenang sepanjang masa. Garuda Beringin bersanding selalu. Tak ada hasil yang mengkhianati usaha. Selamat kami, selamat kalian, terimakasih semuanya. 

Sandiwara ini memang bertakdir. Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca ini. Kami sayang kalian semuaaa! 

Jumat, 26 Oktober 2018

Be Brave Like Martha Christina Tiahahu!

Kalau hujan pasti ada angin, ketemu lagi dengan beringin!

Martha Christina Tiahahu
Selamat malam teman-teman tercinta! Sebagai pembuka blog, kami ingin sekali membagikan suatu kisah menarik tentang pahlawan wanita yang sangat berani berjuang bersama laki-laki, Martha christina Tiahahu namanya.

A. Biografi dan Latar Belakang
Martha Christina adalah seorang pejuang kemerdekaan yang unik yaitu seorang puteri remaja yang
langsung terjun dalam medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam perang Pattimura tahun 1817. Di kalangan para pejuang dan masyarakat sampai di kalangan musuh, ia dikenal sebagai gadis pemberani dan konsekuen terhadap cita-cita perjuangannya.

Tahukah teman-teman, pada saat beliau terjun di medan pertempuran, kakak kita tercinta ini masih berusia 17 tahun, dengan tanggal lahir, 4 januari 1800. Masih sangat muda bukan?  

Sejak awal perjuangan, ia selalu ikut mengambil bagian dan pantang mundur. Dengan rambutnya yang panjang terurai ke belakang serta berikat kepala sehelai kain berang. Di dalam rambutnya yang menawan tersebut, berkobar semangat yang menyala-nyala.  Ia tetap mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran baik di Pulau Nusalaut maupun di Pulau Saparua. 

Siang dan malam ia selalu hadir dan ikut dalam pembuatan kubu-kubu pertahanan. Ia bukan saja mengangkat senjata, tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita di negeri-negeri agar ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran sehingga Belanda kewalahan menghadapi kaum wanita yang ikut berjuang.

B. Perjuangan Beliau
Pada tanggal 11 Oktober 1817, Kakak kita ini dan Ayahnya, Paulus Tiahahu, berjuang untuk merebut Benteng Beverwijk. Dengan semangat dan gagah beraninya, ia dapat menghempas para Belanda. Prajurit Belanda terkejut dengan kehadiran srikandi muda ini. Namun, ditengah perjuangannya, peluru miliknya justru habis. Akhirnya dengan terpaksa, ia menyerahkan diri kepada Belanda. 

C. Akhir Hayat
Tanggal 16 Oktober 1817 Martha Christina Tiahahu beserta sang Ayah dibawa ke Nusalaut dan ditahan di benteng Beverwijk sambil menunggu pelaksanaan eksekusi mati bagi ayahnya.

Martha Christina Tiahahu mendampingi sang Ayah pada waktu memasuki tempat eksekusi, kemudian Martha Christina Tiahahu dibawa kembali ke dalam benteng Beverwijk dan tinggal bersama guru Soselissa.

Sepeninggal ayahnya, Martha Christina Tiahahu masuk ke dalam hutan dan berkeliaran seperti orang kehilangan akal. Hal ini membuat kesehatannya terganggu. Dalam suatu Operasi Pembersihan pada bulan Desember 1817 Martha Christina Tiahahu beserta 39 orang lainnya tertangkap dan dibawa dengan kapal Eversten ke Pulau Jawa untuk dipekerjakan secara paksa di perkebunan kopi.

Selama di atas kapal ini kondisi kesehatan Martha Christina Tiahahu semakin memburuk, ia menolak makan dan pengobatan. Akhirnya pada tanggal 2 Januari 1818, selepas Tanjung Alang, Martha Christina Tiahahu menghembuskan nafas yang terakhir. Jenazah Martha Christina Tiahahu disemayamkan dengan penghormatan militer ke Laut Banda.

Nah, teman-teman, itu tadi cuplikan kisah seorang srikandi muda yang pastinya sangat memotivasi kita. setelah membaca kisah tersebut, semoga dalam diri kita terbentuk gejolak kebangkitan untuk membangun bangsa tercinta ini. 

Di pantai Kwaru banyak pohon kelapa, tetap semangat dan sampai jumpa!

Pemusik kita, W.R, Supratman

Kalau haus minum aqua, selamat malam  kalian semua!

Setelah membahas tentang pahlawan wanita kebanggaan kita, kali ini kami akan membahas tentang pemusik kita yang sangat luar biasa, Wage Rudolf Supratman. 

Wage Rudolf Supratman
Wage Rudolf Supratman adalah salah satu pemuda yang berperan penting dalam sumpah pemuda, tepatnya pada konggres pemuda kedua. beliau lahir di Jatinegara, Purworeja, Jawa Tengah pada tanggal 9 maret 1903 dari pasangan Djoemeno Senen Sastrosoehardjo alias Abdoelmoein dan Siti Senen. Wage Rudolf Soepratman adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Kakak sulungnya bernama Roekijem. Pada tahun 1914, Soepratman ikut Roekijem ke Makassar. Di sana ia disekolahkan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang bernama Willem van Eldik.

A. Kehidupan dan latar belakangnya

Pemusik kita ini lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama tiga tahun, lalu melanjutkan ke Normaalschool di Makassar hingga selesai. Ketika berumur 20 tahun, ia menjadi guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazah Klein Ambtenaar.

Nah teman-teman, beberapa waktu lamanya ia bekerja pada sebuah perusahaan dagang. Dari Makassar, ia pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita. Pekerjaan itu tetap dilakukannya walaupun ia telah pindah ke Jakarta. Dalam masa tersebut, ia mulai tertarik pada pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan. Rasa tidak senang terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang beredar oleh pemerintah Belanda.

Soepratman dipindahkan ke kota Sengkang. Di situ tidak lama lalu minta berhenti dan pulang ke Makassar lagi. Roekijem sendiri sangat gemar akan sandiwara dan musik. Banyak karangannya yang dipertunjukkan di mes militer. Selain itu Roekijem juga senang bermain biola, kegemarannya ini yang membuat Soepratman juga senang main musik dan membaca-baca buku musik.


B. Peran dalam Sumpah Pemuda

Teman-teman, beliau memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu. Beliau tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya. Pada waktu itu ia berada di Bandung dan berusia 21 tahun.

Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II. Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta umum. Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Lagu Indonesia raya selalu dinyanyikan pada saat pertemuan partai-partai politik maupun pertemuan resmi lainnya. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka.

C. Akhir Masa Beliau 
Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan,Tetapi, pencipta lagu itu, Wage Roedolf Soepratman, tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan.

Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya, ia selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda, sampai jatuh sakit di Surabaya. Karena lagu ciptaannya yang terakhir "Matahari Terbit" pada awal Agustus 1938, ia ditangkap ketika menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya dan ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya. Ia menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit.

Begitulah teman-teman. Kisah hidup seorang pemusik tersohor kita ini. Banyak hal yang beliau alami, baik dari masa muda sampai akhir hayat. Banyak pula pelajaran yang dapat kita ambil. Semoga dengan adanya cuplikan cerita ini, dapat menggugah hati kalian semua!

Kalau manis itu bahasa jawanya legi, goodbye dan sampai jumpa lagi!

JUJUR, IKHLAS, DAN TIDAK MENYAKITI


Sstt, postingan populer nih!

Beringin punya postingan menarik!

Sweet Memory LT 3

Halo semuanya! Beringin balik lagi nih! Setelah 2 bulan blog ini padam, kayak hatiku ke kamu, eh. Akhirnya kami kembali lagi! Teman-tem...